Laki-laki itu, ditemani istri dan anaknya datang ke kantor Disnaker. Yang pertamakali mereka tuju adalah papan informasi. Tempat pengumuman lowongan kerja ditempel. Didalam pengumuman itu, kita bisa membaca, ada beberapa perusahaan yang sedang membutuhkan tenaga kerja. Seperti tukang las, sopir mobil box, hingga untuk menempati posisi personalia.
Seingat saya, sejak beberapa minggu yang lalu, pengumuman yang ada di papan informasi itu-itu saja. Tak ada perubahan. Sepertinya informasi tentang adanya perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja sebagaimana yang tertulis di papan pengumuman hanyalah formalitas saja. Sementara kebutuhan akan tenaga kerja sudah terpenuhi dibawah tangan. Biasalah, jaman sekarang. Kalau bisa dipersulit, mengapa dipermudah? (Ini sih hanya ada dalam pikiran nakal saya. Tetapi tentang suami istri yang mencari kerja itu kejadian yang sesungguhnya.)
Laki-laki itu membaca setiap informasi dengan seribu harapan. Seperti halnya puluhan pencari kerja yang lain, upayanya sia-sia. Ia berharap, informasi itu benar dan nasib baik datang menghampiri. Ia bisa menjadi salah satu orang yang direkrut oleh perusahaan itu. Tetapi siapa yang peduli?
Istrinya membantu mencari.
Barangkali diantara lowongan yang tersedia, ada yang sesuai dengan keahlian sang suami.
Tak berapa lama kemudian, suami istri itu seperti sedang mendiskusikan sebuah informasi yang tersaji dipapan pengumuman itu. Nampaknya informasi yang tertulis di pojok kiri bawah menarik perhatiannya. Kini, buah hatinya yang saya taksir baru berumur satu tahun dan sedari tadi berada dalam gendongan mamanya berganti dalam pelukan sang ayah.
Menyaksikan keluarga ini begitu takzim membaca pengumuman lowongan pekerjaan, ada getar yang terasa dalam dada saya.
Barangkali sang suami baru saja di PHK. Mungkin karena habis masa kontraknya. Mungkin karena perusahaannya tutup. Mungkin saja karena kesalahan yang diperbuatnya.
Sementara kehidupan harus tetap berlanjut. Susu buat si kecil harus tersedia dan untuk itu penghasilan tak boleh terputus. Belum lagi untuk bayar kontrakan dan biaya makan. Bisa jadi, semalam tadi ia berdiskusi dengan istrinya tentang rencana-rencana. Termasuk upayanya hari ini mencari peruntungan: berburu pekerjaan.
Karena itu, pagi ini, ia mencari informasi ke Disnaker. Barangkali ada rejeki yang ia dapat disini.
Dan memiliki istri yang bersedia menemani suaminya disaat sulit seperti ini, sungguh sangatlah membahagiakan.
Istrinya, meski sambil menggendong si kecil, setia menemani suaminya mencari peruntungan. Karena ia sadar, dari sinilah masa depan keluarga kecilnya dipertaruhkan. Kegagalan sang suami mendapatkan pekerjaan, sama artinya hari-hari yang akan datang dilaluinya dengan kelabu. Dunia memang tak akan berakhir dengan itu. Tetapi jelas, kehidupan yang akan dilaluinya tak semudah dulu.
Dan meskipun tertatih. Pada akhirnya mereka akan bisa melaluinya.
Saya sangat dekat dengan kehidupan orang-orang seperti ini. Yang kehilangan pekerjaan. Yang tertatih menjalani kehidupan. Sementara keberadaan Negara yang ia harapkan turun tangan ketika rakyatnya berada dalam kesusahan justru menjadi seperti bidadari. Hanya indah dalam ilusi. Proses penyelesaian perselisihan tak semudah yang ia bayangkan.
Dalam situasi seperti ini, satu-satunya yang ia miliki adalah harapan.
Karena itulah hingga saat ini saya masih bertahan di serikat pekerja. Saya tak bisa jauh dengan kehidupan mereka. Meskipun banyak orang membenci keberadaan serikat, tetapi pada saat yang lain kehadirannya ditunggu. Dirindukan, bahkan.
Berapa banyak buruh yang memiliki kepastian kerja karena perjuangan serikat? Berapa banyak buruh yang mendapatkan upah layak setelah serikat bergerak? Berapa banyak buruh yang bisa diselamatkan dari pemutusan hubungan kerja karena serikat menuntut bela?
“Tetapi ada buruh yang di PHK karena ikut serikat pekerja?” Protes mereka.
Saya tak membantah itu.
Tetapi satu hal yang harus dimengerti, tujuan serikat bukan untuk membuat seorang buruh di PHK. Tujuan serikat adalah menciptakan kesejahteraan bagi buruh dan keluarganya. Perjuangan serikat adalah untuk kepastian kerja, kepastian pendapatan dan jaminan sosial. PHK pasti akan terjadi: dengan atau tanpa serikat pekerja.
Serikat yang benar, adalah serikat pekerja yang berjuang agar majikan tak segampang itu mem-PHK.
Ketika hari ini saya mengingat kembali keluarga kecil yang sedang mencari informasi lowongan kerja, saya menjadi semakin yakin akan pentingnya memiliki serikat yang kuat. Serikat yang mampu memberikan perlindungan, pembelaan, dan perjuangan terhadap anggotanya yang terancam PHK. Akan menjadi sia-sia, jika mereka yang sudah bekerja begitu gampang kehilangan pekerjaan, sementara untuk memasuki dunia kerja sulitnya bukan kepalang.
Dengan tulisan ini saya ingin mengingatkan, perjuangan serikat pekerja adalah perjuangan agar seorang buruh bisa tetap bekerja.
.
Catatan perburuhan: Kahar S. Cahyono