Batam, FSPMI – Masih ingat kasus tentang mahalnya harga kostum Timnas Inggris yang ternyata buruh Indonesia yang menjahit kostum tersebut tidak sebanding dengan harga kostum senilai 1.9 juta tersebut. Sangat ironis dengan kehidupan para buruh di pabrik sepatu nike. Dengan Upah Minimum Kerja sebesar Rp2,2 juta per bulan, jika dirata-ratakan, setiap pekerja Indonesia yang menjahit kostum Inggris hanya mendapatkan Rp5.642 per jam.
Seperti di katakan oleh Vonny Diananto yang mewakili IndustrialAll pada silaturahmi dengan seluruh pengurus FSPMI se Kepulauan Riau di Fame hotel Batam Minggu (28/08/2016), kasus seperti Nike cenderung akan terulang karena negara yang memerlukan investasi diposisikan terus bersaing satu sama lain untuk mengundang beroperasinya korporasi transnasional dengan cara berlomba-lomba menawarkan insentif upah rendah. Pada akhirnya, buruh dan komunitas di negara-negara penerima investasi juga terjebak dalam persaingan satu sama lain, karena mereka diseret ke dalam pekerjaan yang terkait dengan rantai pasokan global (global supply chain).
Masih menurut Vonny, global supply chain atau rantai pasokan global adalah sistem dan cara akumulasi kapital dengan lebih mengoordinasikan perdagangan internasional. Seperti kasus Adidas dan Nike, mereka tidak perlu membuat perusahaan atau membangun pabrik sepatu di Indonesia untuk produk-produknya, sehingga jika ada pelanggaran hukum atau masalah perburuhan, mereka bisa lepas tangan dan tidak perlu ambil pusing
Vonny berpendapat meskipun isu dan masalah rantai pasokan global sudah cukup akrab di kalangan aktivis gerakan buruh, tetapi ia masih kurang dianalisa dengan baik. Bahkan beberapa kelompok membatasinya hanya pada soal terjadinya hubungan industrial yang tidak adil di suatu rantai pasokan, misalnya, melihatnya sekadar tentang bagaimana agar korporasi tertentu menghormati hak-hak buruh. Karenanya pandangan ini menganggap bahwa jika suatu korporasi sudah berlaku adil dan wajar terhadap buruhnya maka semuanya dianggap beres, sebab tujuan utamanya ialah memastikan agar bisnis menghargai hak-hak buruh.
Meskipun terkadang tekanan organisasi buruh telah menyebabkan pemerintah mengupayakan untuk menaikkan ketentuan upah minimun. Namun dengan kebijakan baru ini, beberapa dri mereka termasuk Nike justru mengancam akan memindah investasinya ke Vietnam. Hal inilah yang ditakuti oleh pemerintah karena pada dasarnya buruh Nike di indonesia tersebut akan kehilangan pekerjaannya jika perpindahan investasi tersebut terlaksana.