
Di bulan Februari 2016 ini, KSPI gencar melakukan pendidikan politik. Tak tanggung-tanggung, pendidikan ini diselenggarakan di lebih dari sepuluh provinsi. Jika digabung, keseluruhan peserta yang mengikuti pelatihan ini totalnya mencapai ribuan orang.
Tidak hanya mengenai politik. Kegiatan ini juga menjadi semacam konsolidasi untuk menegaskan isu perjuangan KSPI. Meskipun sekjend-nya ditetapkan sebagai tersangka terkait aksi menolak PP Pengupahan di depan Istana Negara tanggal 30 Oktober 2015 lalu, tetapi Konfederasi ini tidak sedikitpun mengendurkan daya juangnya untuk buruh. Malahan, lebih militan dan trengginas.
Tentu saja, FSPMI, sebagai salah satu afiliasi dari KSPI, berperan aktif dalam kegiatan ini. Terbukti, dalam setiap pelatihan tersebut, kader-kader FSPMI mengikutinya dengan penuh antusias. Apalagi, di beberapa daerah, aktivitas politik bukanlah hal baru bagi FSPMI. Saat ini saja, di Bekasi, FSPMI tengah menyiapkan kader terbaiknya, Obon Tabroni, menjadi Bupati Bekasi.
Wacana untuk membangun alat politik sendiri, sebenarnya bukan hal baru di kalangan serikat buruh. Bahkan dalam Kongres-nya yang ke lima di Surabaya baru-baru ini, FSPMI menegaskan untuk terlibat aktif dalam mendukung, mendorong, dan membidani lahirnya partai politik alternatif. Sebuah partai yang akan bekerja untuk kepentingan kaum buruh dan rakyat. Bukan partai elit, seperti yang saat ini ada.
FSPMI mendirikan partai politik? Pada akhirnya kita akan sampai pada pertanyaan ini. Tentu saja, tidak. FSPMI (bahkan KSPI) tidak akan mendirikan partai politik secara langsung. FSPMI akan tetap menjadi serikat pekerja. Tetap fokus pada panggilan sejarah, berjuang secara sosial ekonomi, sekaligus sosial politik: tanpa berubah menjadi partai politik.
Bagaimana caranya? Caranya adalah, bersama-sama dengan element yang lain, FSPMI akan terlibat dalam pendirian Ormas. Ormas inilah nantinya yang akan mendeklarasikan leberadaan alat politik itu. Pimpinan FSPMI yang ingin menjadi pengurus partai, harus mundur sebagai pengurus – kendati itu adalah partai yang dibidangnya sendiri. Dengan kata lain, tugas FSPMI adalah membidani kelahirannya. Memberikan kesadaran bagi kaum buruh untuk tidak apatis terhadap politik.
Tentu saja, tidak ujug-ujug partai politik akan didirikan. Sebelumnya, akan dilakukan jajak pendapat. Jika mayoritas menghendaki kaum buruh memiliki alat politik sendiri, kita akan jalan pada tahap selanjutnya. Tetapi jika mayoritas tidak menghendaki, tidak apa-apa. Berarti kita akan memperkuat pemahaman politik di kalangan pekerja/buruh.
Sebagai gagasan yang terbuka, tanpa agenda tersembunyi di belakangnya, FSPMI mengharapkan masukan dari seluruh kader. Mari berdiskusi… (Tim)