Hujan dan banjir, kini seperti menjadi dua sejoli. Seperti yang terjadi saat ini. Ketika curah hujan tinggi, banjir pun tak bisa dihindari.
Seperti tahun lalu, kali ini Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) kembali turun tangan, memberikan bantuan. Posko peduli banjir didirikan. Organisasi ini juga menurunkan relawan dan Garda Metalnya untuk membantu para korban.
Tentu saja, apa yang sudah kita lakukan tidak serta merta bisa menghentikan banjir. Pun tidak semua korban bisa kita bantu. Tetapi saat ini, dalam kondisi ini, yang dibutuhkan adalah sebuah gerakan cepat – tanggap. Mereka membutuhkan bantuan: segera.
Kapasitas kita untuk membantu juga sangat terbatas. Tetapi setidaknya, dengan turun tangan membantu korban, kita sedang belajar membangun solidaritas sosial. Buruh tidak hanya berjuang untuk dirinya sendiri. Tetapi juga memberikan sesuatu untuk rakyat di negeri ini. Inilah yang seringkali kita sebut, dari pabrik ke publik.
Tentu kita senang bisa memberikan bantuan. Kita senang, bukan karena ingin dipuji. Kesenangan kita, karena bisa mewujudkan kata ‘solidaritas’ tidak hanya tertulis di jaket dan baju FSPMI. Dan bukankah watak asli gerakan buruh itu adalah membantu?
Lepas dari semua itu, Lagi-lagi, kita juga hendak menyoroti pemerintah yang selalu saja gagal mengantisipasi banjir tahunan dikala musim hujan tiba. Ini memang tugas mereka. Terutama terkait pembangunan infrastruktur: penangkal banjir.
Pada titik inilah kita diingatkan kembali akan pentingnya gerakan anti korupsi. Masih banyak yang harus dibangun dan dibenahi, janganlah ketika menjadi pejabat Anda hanya memperkaya diri sendiri.
Kita juga hendak mengingatkan, tak ada gunanya investasi datang jika setiap tahun kita terendam banjir. Investasi harus mensejahterakan. Dalam konteks ini, perusahaan-perusahaan besar itu harus juga dituntut untuk mengalokasikan sebagian keuntungannya untuk proyek jangka panjang yang berorientasi pada kesejahteraan bagi seluruh rakyat.
FSPMI, ikut berduka pada musibah banjir yang sedang terjadi.